Oleh Agus
Pribadi
(Wacana
Lokal Suara Merdeka
21 Januari
2012)
FACEBOOK
merupakan salah satu jejaring sosial yang bisa digunakan untuk berbagai
keperluan. Selain menjalin pertemanan, media itu dapat digunakan mempromosikan
suatu produk, transaksi barang dan jasa, dan sebagainya. Salah satu manfaat
yang sebenarnya juga bisa dipetik adalah melatih kemampuan menulis.
Seseorang
dapat menulis cerpen, puisi, atau berita pada menu status atau note. Jika ingin
lebih serius latihan menulis bersama, seseorang dapat bergabung pada menu grup
di jejaring sosial itu, yang khusus membicarakan dunia tulis-menulis.
Salah satu
grup facebook yang ada di Banyumas adalah Penamas, akronim dari Para Penulis
Muda Banyumas. Awalnya grup menulis itu membahas mengenai dunia tulis-menulis
secara sederhana dan santai. Puisi, cerpen, dan tips menulis kerap di-posting
lewat menut grup.
Seiring
berjalannya waktu, kegiatan komunitas itu makin serius. Proyek pertama adalah
membuat antologi cerpen Banyumasan. Dalam waktu empat bulan, dari awal Agustus
hingga November 2011, terbitlah buku Balada Seorang Lengger. Meskipun terbit
secara indie, pengantarnya ditulis oleh sastrawan kondang asal Banyumas yang
juga diakui secara internasional, yaitu Ahmad Tohari.
Dia penulis
trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang menjadi inspirasi film ’’Sang Penari’’. Dalam
kata pengantarnya, Ahmad Tohari berpesan bahwa kepengarangan adalah proses yang
tidak boleh berhenti. Dia menyemangati ke-19 penulis dalam buku tersebut agar
kelak menjadi penulis yang dapat dibanggakan bagi bangsanya.
Terbitnya
buku Balada Seorang Lengger merupakan salah satu bukti, bahwa facebook dapat
digunakan sebagai media bersastra. Diskusi dan proses kreatif bersastra
dilakukan melalui dunia maya, dan hasilnya menjadi nyata, yaitu sebuah antologi
cerpen.
Tentunya hal
itu patut untuk dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat kita pada umumnya
dan generasi muda pada khususnya. Dengan menulis melalui media jejaring sosial
akan tumbuh budaya masyarakat yang gemar menulis. Dari gemar menulis mengarah
pada gemar menerbitkan buku. Jika banyak buku terbit yang ditulis oleh generasi
muda , tentu merupakan suatu kebanggaan bagi kita semua. Khasanah literasi akan
semakin kaya dan beragam.
Teknologi
Informasi
Penamas
merupakan salah satu wadah, yang diniatkan melanjutkan jejak kepengarangan
Ahmad Tohari. Jejak sastrawan asal Desa Tinggar Jaya Kecamatan Jatilawang
Banyumas ini patut diikuti oleh generasi muda Indonesia, terutama anak muda
Banyumas. Dia dikenal sebagai penulis yang berciri khas menampilkan lokalitas
budaya.
Masyarakat
pedesaan dengan tokoh-tokohnya, merupakan salah satu ciri khas karya-karyanya
baik cerpen maupun novel. Hal ini juga menjadi kekuatan karya sastra yang
ditulis oleh penulis cerpen ’’Senyum Karyamin’’ ini. Semangat melestarikan dan
mengembangkan lokalitas budaya melalui karya sastra patut menjadi pegangan
generasi muda. Era globalisasi yang banyak menawarkan budaya asing ini seakan
mendapatkan filternya melalui kegiatan bersastra ini.
Kegiatan
bersastra melalui facebook dapat mengikis kesan negatif bahwa jejaring
sosial itu hanya media buang waktu sia-sia, dan stigma negatif lainnya yang
disematkan pada penggunanya. Jejaring sosial itu hanyalah media. Pemanfaatannya
untuk tujuan positif atau negatif bergantung penggunanya.
Selain media
itu, ada blog keroyokan yang juga merupakan media sosial. Anggota di dalamnya
dapat berinteraksi melalui tulisan atau komentarnya. Hal ini membuktikan
teknologi informasi menjadi salah satu pendukung bagi masyarakat untuk memulai
menulis. Jurnalisme warga atau pewarta warga bisa muncul dari blog keroyokan.
Masyarakat
dari beragam latar belakang dapat membuat tulisan jenis apa pun: cerpen, puisi,
artikel, atau berita. Jika kita telah mempunyai akun dan mempunyai hobi menulis
fiksi, jangan ragu mari bersastra melalui facebook. (10)
— Agus Pribadi SSi, Koordinator Para Penulis Muda Banyumas (Penamas), guru Biologi SMP Negeri 5 Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga