Selasa, 13 Agustus 2013

Sastra Banyumas di Dunia Gadget


Oleh Abdul Aziz Rasjid

-- Esai ini dipublikasikan pertama kali di SKH Kedaulatan Rakyat, Minggu 20 Mei 2012. Lembar Budaya Kolom Catatan Budaya

Tidak selamanya teknologi dan perkembangan sains merampas kemanusiaan. Internet sebagai fitur paling pupuler di dunia gadget yang tergenggam dalam smart-phone, Ipad atau yang ditatap di depan layar netbook telah memberi kemampuan dan kemudahan pada banyak orang yang memiliki minat bersama untuk saling menemukan dan berkomunikasi. Bagai jamur di musim penghujan, kini bermunculan grup-grup berbasis kesusastraan di jejaring sosial semisal facebook ataupun blog. Dalam grup ini agenda-agenda sastra diumumkan, karya-karya sastra dipublikasikan, wacana sastra saling didiskusikan tanpa harus saling bertatap muka cukup memainkan jari di tombol-tombol gadget.

Di Banyumas, beberapa orang yang memiliki minat pada sastra membentuk grup-grup semacam itu di dunia maya. Sekadar menyebut beberapa contoh: ada Komunitas Pilar Penyair yang berisi anak-anak muda dari STAIN Purwokerto yang tekun menulis karya sastra, ada Pendhapa Sastra Jawa & Banyumasan yang memiliki minat membicarakan cerita cekak, geguritan dan esai sastra Jawa, ada juga Sanggar Sastra Wedang Kendhi yang memaksimalkan grup sebagai media untuk mengundang beberapa penulis agar mempublikasikan karyanya dalam bulletin yang mereka kelola. Kehadiran grup-grup ini setidaknya menandakan bahwa sastra kini tak hanya hadir di ruang sunyi tapi juga berbaur di dunia gadget yang penuh hiruk pikuk pergantian informasi tiap detiknya.

Keberagaman grup sastra Banyumas di dunia gadget juga semakin menarik dengan kehadiran Penamas yang merupakan akronim dari Para Penulis Muda Banyumas. Berbeda dengan beberapa grup yang saya sebut di atas, Penamas sebagai suatu perkumpulan memiliki struktur yang jelas, program-program kerja terencana yang disatukan oleh motto bersama yang berbunyi begini: “Menampakkan sikap optimis dan solidaritas yaitu mencoba bersama, membangun jiwa kepenulisan, mengasah talenta, mencipta karya dan menyerukan kebangkitan penulis muda Banyumas”.

Membaca dokumen-dokumen Penamas yang dipublikasikan di grup facebook, kita dapat mengetahui adanya pembagian peran dan posisi secara terinci yaitu penasihat yang terdiri dari Setijanto Salim dan Ronggo Sujali; Pengurus yang diketuai Agus Pribadi, dan beberapa nama anggota yang tercatat berjumlah lebih dari 20 orang. Sedang dokumen yang lain berisi acara mingguan untuk bedah cerpen juga agenda untuk mengantologikan cerpen dan cerita cekak yang mengangkat tema sosial budaya Banyumas.

Tak cukup puas berkarya di dunia maya, Penamas telah memproduksi buku antologi cerita pendek bertajuk Balada Seorang Lengger (LeutikaPrio, 2011). Buku yang telah diedarkan sejak awal tahun 2012 ini, memuat 19 cerpen dari 19 penulis yang berbeda usia, profesi, tempat tinggal namun jika kita mengamati kata penutup yang ditulis oleh Setijanto Salim selaku penasihat terinformasikan bahwa kebanyakan dari para penulis ini adalah alumnus Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman yang memiliki ketertarikan pada sastra dan dunia tulis menulis.

Ahmad Tohari penulis Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang didapuk menulis kata pengantar untuk buku Balada Seorang Lengger mengatakan bahwa kekuatan buku ini memang berada pada ciri khasnya yang mengangkat kelokalan Banyumas. Dalam pembacaan terhadap karya-karya yang termuat dalam buku ini. Ahmad Tohari juga menggaris bawahi bahwa ada ciri umum pada 19 cerpen yang memperlihatkan kelemahan tekstual yaitu narasi yang belum tergorganisasi secara optimal, kurang padat, juga ending yang terkesan tergesa dan gagap. Tapi Ahmad Tohari percaya, segala kekurangan tersebut akan terselesaikan jika para penulis tekun dan sabar berproses sampai menuju kematangan.

Kekurangan ini memang dapat dimengerti dan dimaklumi karena para penulis yang menyumbangkan karyanya dalam buku ini dengan rendah hati mengakui bahwa mereka masih muda pengalaman dalam aktivitas tulis menulis. Kita pun tahu, internet sebagai fitur dunia gadget telah menjadi alternatif ruang apresiasi karya sastra di luar industri media cetak dan industri penerbitan mapan. Tapi, internet yang bersifat bebas itu memang berpotensi untuk dimasuki siapapun dari kalangan apapun, dan tak menutup kemungkinan sesiapun dapat beridentitas anonim juga palsu dapat memberi apresiasi, sanjungan maupun kritikan entah dalam sifat santun atau sebaliknya. Dunia gadget yang hiruk pikuk itu memang membutuhkan sikap kerendah hatian sebagai modal agar tak mudah jumawa ketika suatu karya mendapat sanjungan atau sebaliknya mudah berkobar amarah jika dipojokkan oleh kritikan.


BIODATA PENULIS
Abdul Aziz Rasjid, aktif menulis esai dan kritik sastra. Beberapa tulisannya dimuat di majalah BASIS, Littera (Taman Budaya Jawa Tengah), koran Jawa Pos, Kompas, Kedaulatan Rakyat, Lampung Post, Minggu Pagi, Radar Tasikmalaya, Radar Banyumas, Suara Karya, Suara Merdeka, Seputar Indonesia, Jurnal Yin-Yang, Buletin Sastra Pawon, Sastra Digital, Horison online dan lain-lain. Di samping itu, esai dan kritiknya juga terhimpun dalam antologi bersama semisal kumpulan esai Kahlil Gibran di Indonesia (editor: Eka Budianta, Ruas, 2010), juga menulis kata pengantar maupun penutup buku sastra, semisal buku sajak Yang, Kumpulan Sajak 2003-2010 (Abdul Wachid B.S., Cinta Buku, 2011), buku sajak Ulang Tahun Hujan (Teguh Trianton, Beranda Budaya, 2012), buku sajak Pilarisme (2012), buku cerpen Lelaki yang Dibeli (Gusrianto, dkk, Buku Litera, 2011). Ia tercatat sebagai Pemenang III Sayembara Esai Sastra Bulan Bahasa 2010, Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional dan pernah diundang dalam beberapa gelaran sastra, semisal: Sarasehan sastra “Perjuangan sastra melawan Krisis” yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jawa Tengah (2009) dan diundang oleh Kedubes Libanon dalam “In memory of the birthday of Kahlil Gibran (1883-1931) and his imense contribution to the Indonesian literature” (2010). Latar belakang akademis di bidang psikologi diperolehnya dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Kini menjadi pengajar di Sekolah Kepenulisan STAIN Press Purwokerto (2010-2012), bergiat di Komunitas Sastra Beranda Budaya, hidup bahagia di Dukuhwaluh, merawat kura-kura ―Hermes & Rema― dan menekuni hobi bermain Football Manajer dan Pro Evolution Soccer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar