Senin, 19 Mei 2014

Iwak Gendruwo Pengobat Rindu Tanah Kelahiran



..crita-crita neng buku kiye ngemu werna-werna kedadiyan, sing merguyokna, sing nlangsani, sing ngemu ajaran moral, lan liya-liyane. Tumrape warga Banyumas sing mbuh agi manggon neng ngendi baen, buku kiye kena nggo tamba kangen maring tanah kelairane..
Pada kutipan di atas, Agus Pribadi, Koordinator Penulis Muda Banyumas (Penamas) mengungkapkan rasa harunya atas kemunculan cerita pendek berbahasa Banyumasan yang sudah lama dinantinya terbit.
Setelah sukses dengan peluncuran antologi cerpen pertama yang berjudul “Balada Seorang Lengger” tahun 2011 dan antologi keduanya yakni “Cindaga” tahun 2012, bulan April 2014 ini, akhirnya buku ketiga berupa kumpulan cerita cekak/ pendek (red : cerkak) Banyumasan berjudul “Iwak Gendruwo” berhasil diterbitkan.
Buku ini, menjadi pengobat rindu tanah kelahiran penulis Banyumas yang berada di luar daerah, atau bagi siapapun yang pernah tinggal, bahkan hanya sekedar singgah di Kota Mendoan ini. Berbeda dengan antologi cerpen sebelumnya yang dituliskan dalam bahasa Indonesia, kumpulan cerpen ini, semua karyanya menggunakan bahasa Banyumas dengan beberapa logat yang kental khas penulisnya masing-masing.
“Bahasa Banyumasan di kalangan penyair nasional telah memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka,” kata Agus.
Dimungkinkan ketertarikan itu muncul setelah mencuatnya beberapa Novel Ahmad Tohari yang meski tak berbahasa Banyumas, latar lokalnya berbau daerah asal ronggeng itu. Novel-novel penulis asal Desa Tinggarjaya itu telah dialih bahasakan dalam 16 bahasa negara di dunia, dan sudah dibukukan dalam beragam bentuk, seperti yang terakhir terjadi yakni pembukuan dalam bentuk audio book.
Agus menjelaskan, pengangkatan latar dan bahasa Banyumasan dalam cerkak tersebut terjadi atas permintaan sejumlah penyair kontributor yang tak hanya berada di Banyumas, bahkan sampai manca Negara. “Mayoritas memang penulisnya di Banyumas, namun banyak juga penyair Banyumas yang tinggal di luar daerah dan luar negeri,” ujar Agus.
Dia juga menerangkan, judul “Iwak Gendruwo” tersebut diangkat dari salah satu cerkak yang menjadi juara sayembara pada beberapa bulan lalu. Dari judul itulah, terinspirasi nama “Iwak Gendruwo” sebagai pemikat kekuatan sastra Banyumasan pada buku ini.
Pada buku yang rencana akan dilaunching akhir April ini, ada 22 judul cerkak Banyumasan yang ditulis 14 anggota Penamas, dan masing-masing mengangkat cerita berlatar belakang Banyumas. (*)
Sumber : Harian Banyumas, 22 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar