..crita-crita neng buku kiye ngemu werna-werna kedadiyan, sing
merguyokna, sing nlangsani, sing ngemu ajaran moral, lan liya-liyane. Tumrape
warga Banyumas sing mbuh agi manggon neng ngendi baen, buku kiye kena nggo
tamba kangen maring tanah kelairane..
Pada kutipan di atas, Agus
Pribadi, Koordinator Penulis Muda Banyumas (Penamas) mengungkapkan rasa harunya
atas kemunculan cerita pendek berbahasa Banyumasan yang sudah lama dinantinya
terbit.
Setelah sukses dengan peluncuran
antologi cerpen pertama yang berjudul “Balada Seorang Lengger” tahun 2011 dan
antologi keduanya yakni “Cindaga” tahun 2012, bulan April 2014 ini, akhirnya
buku ketiga berupa kumpulan cerita cekak/ pendek (red : cerkak) Banyumasan
berjudul “Iwak Gendruwo” berhasil diterbitkan.
Buku ini, menjadi pengobat rindu
tanah kelahiran penulis Banyumas yang berada di luar daerah, atau bagi siapapun
yang pernah tinggal, bahkan hanya sekedar singgah di Kota Mendoan ini. Berbeda
dengan antologi cerpen sebelumnya yang dituliskan dalam bahasa Indonesia,
kumpulan cerpen ini, semua karyanya menggunakan bahasa Banyumas dengan beberapa
logat yang kental khas penulisnya masing-masing.
“Bahasa Banyumasan di kalangan
penyair nasional telah memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka,” kata Agus.
Dimungkinkan ketertarikan itu
muncul setelah mencuatnya beberapa Novel Ahmad Tohari yang meski tak berbahasa
Banyumas, latar lokalnya berbau daerah asal ronggeng itu. Novel-novel penulis
asal Desa Tinggarjaya itu telah dialih bahasakan dalam 16 bahasa negara di
dunia, dan sudah dibukukan dalam beragam bentuk, seperti yang terakhir terjadi
yakni pembukuan dalam bentuk audio book.
Agus menjelaskan, pengangkatan
latar dan bahasa Banyumasan dalam cerkak tersebut terjadi atas permintaan
sejumlah penyair kontributor yang tak hanya berada di Banyumas, bahkan sampai
manca Negara. “Mayoritas memang penulisnya di Banyumas, namun banyak juga
penyair Banyumas yang tinggal di luar daerah dan luar negeri,” ujar Agus.
Dia juga menerangkan, judul “Iwak
Gendruwo” tersebut diangkat dari salah satu cerkak yang menjadi juara sayembara
pada beberapa bulan lalu. Dari judul itulah, terinspirasi nama “Iwak Gendruwo”
sebagai pemikat kekuatan sastra Banyumasan pada buku ini.
Pada buku yang rencana akan
dilaunching akhir April ini, ada 22 judul cerkak Banyumasan yang ditulis 14
anggota Penamas, dan masing-masing mengangkat cerita berlatar belakang
Banyumas. (*)
Sumber : Harian Banyumas, 22 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar