Oleh Nur R Fajar
"Jangan terlalu percaya pada ucapan paranormal yang ngomong nasib anda buruk, harus pasang sesuatu atau melakukan sesuatu. Jangan seperti itu, Tuhan tidak seperti itu," kata Leonardo Rimba, MBA, seorang peramal dengan media Kartu Tarot.
Leonardo yang akrab dipanggil Leo, mengatakan Tuhan tidak membagi-bagikan nasib buruk kepada manusia. Keadaan buruk seseorang dapat dihilangkan dengan merubah kebiasaan hidup atau cara kerja.
"Kita mencoba mengajarkan klien untuk beriman kepada yang Maha Kuasa dan rasional untuk hidup. Bukan percaya membabi buta terhadap paranormal yang sering menyalahgunakan kepercayaan," kata pewacana nasib yang tidak mau disebut paranormal itu.
Di Indonesia, fenomena paranormal mempromosikan diri dan menyalahgunakan kepercayaan dari kliennya sangat sering terjadi, bahkan benar-benar parah terjadi.
"Banyak paranormal di Indonesia yang hanya mencari uang, bahkan dengan memasang iklan yang besar di koran. Jangan mudah percaya," kata Leo menegaskan berkali-kali dengan mimik muka yang serius.
Dia mengatakan, dengan bantuan media kartu tarot, dia bisa mewacana atau memproyeksikan nasib atau peruntungan seorang klien pada tahun depan, yang dihubungkan dengan keadaan sekarang dan sifat klien tersebut.
"Tetapi tidak kemudian klien tersebut membeli jimat ratusan ribu atau bahkan jutaan supaya nasibnya menjadi baik," kata Leo sambil mengocok kartu Tarot yang ada ditangannya.
Pria yang suka memakai pakaian hitam-hitam itu melanjutkan, tidak perlu sampai membeli berbagai jimat, cukup dengan meminta kepada Tuhan secara langsung. Atau bila kurang doa, dengan mengumpulkan orang-orang beriman untuk berdoa bersama-sama atau wirid.
"Aa Gym itu benar, Arifin Ilham itu benar," kata Leo tentang kegiatan yang dilakukan mereka mengumpulkan orang-orang dan melakukan doa bersama. peramal tarot
Drs Leonardo Rimba, MBA, adalah seorang master Tarot yang mempunyai profesi sebagai peramal atau pewacana nasib dengan media kartu Tarot.
Proses mempunyai kemampuan pewacanaan tarot, kronologisnya disebabkan karena bertahun-tahun mengalami sendiri jatuh bangun, sakit, stres karena uang, menderita karena permasalahan keluarga, jadi bisa empati, bisa merasakan apa yang dirasakan oleh klien.
Proses pada saat sedang mewacanakan tarot dari seorang klien, berawal ketika klien menanyakan suatu hal, Leo akan menyuruh mengambil satu kartu, kemudian dia mengambil dua kartu dari masing-masing ujung tumpukan kartu.
Tiga kartu tersebut kemudian dibuka untuk melihat gambarnya. Dengan melihat gambar tersebut, Leo langsung dapat mengetahui jawaban yang datang sendiri dipikirannya, langsung datang jawabannya, tanpa berpikir sama sekali
"Itu yang namanya intuisi" kata Leo.
Karena setiap kali menjawab pertanyaan secara spontan, Leo sering merasa tidak tahu apa yang dia katakan dan jelaskan dari gambar tarot sebagai jawaban dari pertanyaan kliennya.
"Sering aku sendiri tidak tahu apa yang aku katakan, tapi yang bertanya mengerti apa yang aku katakan. Aku tidak tahu itu cerita tentang apa, tapi aku bicara saja, dan dia mengerti," kata Leo
Selama empat jam praktek menerawang 50 orang tanpa berhenti, sama sekali tidak berpikir dan tidak merasakan capek. "Coba bayangkan kalau dipikir, pasti capek. Dan itu (meramal/menerawang) karunia Tuhan," kata Leo
Untuk melihat latar belakang klien itu mudah, tetapi untuk mencari solusi atau jalan keluar dari permasalahan klien, hal itu yang sulit. Kalau susah memberikan jalan keluar, harus memberikan alternatif-alternatif yang visibel untuk klien.
"Tidak mengatakan, wah nasib kamu jelek, kamu harus melakukan 'srono' (cara) tertentu, dan membayar berapa juta, agar nasib kamu bagus," ujar peramal yang masih membujang itu.
Kalau klien merasa tertekan, kita memberi penghiburan, memberi dorongan spiritual, dorongan moral, agar bisa menjalani hidupnya lebih baik dan lebih tenang.
"Saya meramal bukan berdasarkan hal yang klenik, tapi berdasarkan hal yang ilmiah," kata Leo.
Dalam meramal, pewacana menggunakan ilmu psikologi secara rasional, dengan memproyeksikan hari ini untuk masa depan, katanya, sambil memperlihatkan setumpuk kartu Tarot bergambar orang.
"Pewacana itu mengetahui, berdasarkan intuisi yang didapat dari doa pada Tuhan Yang Maha Esa. Intuisi itu dibukakan oleh Tuhan, bukan melalui misalnya lewat penujuman. Itu asalnya dari Tuhan," katanya.
Bahkan kalau kliennya mempunyai jalan takdir yang luarbiasa, Leo membuka kartu tarot dapat sambil nangis. "Karena takdir yang begitu indah dari Tuhan," katanya.
Bila hasil proyeksi tersebut jelek, dia akan menyarankan kepada klien untuk merubahnya dengan merubah kebiasaan hidup atau kebiasaan kerja. Jenuh berbisnis
Awalnya tertarik dan bisa kemudian berprofesi sebagai master Tarot, belajar dari bibinya yang bernama Ani Sekarningsih, yang merupakan pencipta Tarot Wayang.
Leo mengatakan, Ani yang berdarah Sunda-Sulawesi merupakan satu-satunya grandmaster Tarot di Indonesia.
Setelah belajar dari bibinya, kemudian ditambah dengan banyak doa dan meditasi,sehingga dapat mengembangkan tehnik dan ilmu sendiri, dimana bibinya sendiri tidak tahu lagi.
Meditasi yang dilakukan, menurutnya berada sampai di gerbang alam semesta.
"Semua intuisi berasal dari atas sana. Untuk menerjemahkan permasalahan seputar bisnis, asmara, karier dan problema hidup. Untuk terawang tanpa tarot, untuk menyembuhkan semuanya dari atas sana." ungkap Leo.
Peramal lulusan Si Ilmu Politik FISIP UI, dan peraih MBA dalam bidang keuangan (finance) dari Penstate University, Pensylvania Amerika Serikat itu mengenal dari tarot sejak anak-anak, tetapi baru sekitar tahun 1990 mulai serius mendalaminya menjadi sebuah profesi.
Berawal dari kejenuhan dalam dunia bisnis, dan ketertarikan terhadap dunia spiritual, dia mulai serius menekuni dunia Tarot.
"Ternyata membantu orang lain lebih sesuai dengan panggilan jiwa saya, ya ditekuni saja. Meskipun penghasilan lebih sedikit dibandingkan dengan profesi bisnis sebelumnya," kata Leo
Mengenai alasan terjun secara profesional sebagai master Tarot, Leo mengatakan karena kita lihat dalam dunia bisnis, orang nggak peduli pada sesama.
"Seolah-olah uang lebih penting dibandingkan manusia. Manusia ini hidup ini untuk apa toh? Uang tidak dibawa mati. Dalam bisnis itu, manusia makan manusia." katanya.
Ia melanjutkan, kalau kita dengan ilmu Tarot, yang didasari oleh intuisi yang diberikan oleh Tuhan, kita menolong manusia.
"Jadi kalau ada orang minta bantuan, kalau mampu memberikan balas jasa dalam bentuk uang ya diterima, kalau misalnya nggak mampu, ya ra popo.Lha wong ilmunya gratis kok dari atas," kata Leo sambil menjulurkan tangan menunjuk ke atas. beragam klien
Klien yang pernah diramal oleh Leo berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, antara lain dari Jakarta, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, bahkan dari luar negeri seperti Australia.
Karena sudah banyak orang yang diramalnya, Leo tidak pernah mengingat dan menghitung sudah berapa ratus orang klien yang dia terawang nasibnya.
"Kalau lagi praktek bisa 50 atau 100 per hari, tapi kalau sedang tidak buka praktek, ada dua-tiga orang klien yang datang ke rumahnya.
Orang yang datang ke Leo, pada umumnya minta diramal masalah bisnis, karier dan asmara termasuk jodoh,
"Kalau klien dari luar negeri, pertanyaan yang diajukan biasanya tentang kesehatan dan bisnis, kalau Indonesia ya mengenai uang, bisnis kerja," katanya.
Orang jarang meminta diramal untuk ditunjukkan untuk lebih spiritual. "Jarang ditanyakan karena mungkin tidak penting dibandingkan dengan uang. Padahal Tarot dasarnya spriritual," ungkapnya.
Ia mengatakan, sebenarnya orang Indonesia banyak yang mempunyai kemampuan spiritual tinggi.
"Orang Indonesia tidak percaya diri. Mendengar sesuatu, melihat sesuatu yang memang benar, tapi takut dianggap gila, sehingga tidak menceritakan.Tidak pede, takut dikatakan masyarakat sebagai orang gila," katanya.
Banyak orang Indonesia mempunyai "sixth sense", punya keimanan yang kuat dan sering berdoa., semua percaya pada Tuhan.
"Orang Barat tidak bisa seperti itu. Saya tahu, karena saya pernah lama tinggal di Barat," katanya menutup pembicaraan. (T.KJ08/S005) (T.KJ08/B/S005/B/S005) 03-12-2004 22:32:34
Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar