Selasa, 02 Agustus 2011

Puisi- Puisi Agustav Triono

IKAN KELANA

Aku ikan kelana lahir dari rahim mata air
Asal lereng gunung penuh rimbun firman-Mu
Berenang menelisik setiap alur sungai kehidupan
Mencium bau pesawahan, ladang-ladang, dan kebun kebun tua

Yang menguarkan aroma dambaku
Berloncatan coba hindari batubatu kali kesumat
Yang halangi tujuku
Dengan insang iman aku nafasi arus air kautsar
Kadang berhenti lalu mengalir lagi
Aku ikan kelana terus berenang
Kini siripku terasa berat
Sampah kota selimuti sisikku
Lempung dosa bertahap mengental
(jangan aduk tanah lempung agar bening airku)
Sungai belukar misteri dan aku adalah sang pencari
Pengelanaanku sampai di muara segala harap
Tatap nanarku memandang luas ke pantai
Ekorku mengibat cepat nuju laut asaku
(namun kadang karang menghalang)
Kau laut aku ikan kelana
Biarkan aku mencebur pada samuderaMu
2005

PADA

Pada mata mata sayu
Ku melihat samudera membiru
Menyiratkan sebuah ingin
Bukan cuma angin
Yang menerbangkannya pada malam dingin
Pada mulut mulut menganga
Ku ingin bercerita dan tertawa
Sambil berkatakata
Ku dan kau sama
Cari makna hidup tak ingin redup
Pada tubuh tubuh penuh peluh
Sisa tenaga hari ini
Ku ingin hidup kian berarti.
2010


KITA TELAH LUPA MEMBACA SEJARAH

Kita telah lupa membaca sejarah
Kepingan kepingan peristiwa
Dari ledakan masa
Tercecer di tepi lintasan
Terhempas angin barat menggerus ganas
Seperti hadirnya wajah asing yang pernah dikenal
Dalam ingatan masa lalu
Kini hadir menghantui kita
Seolah menjadi karib yang baik
Perlahan kita terbuai rayuan
Sebab bosan lamunan
Nantinya hanya khianat yang laknat
Melempari wajahwajah polos dengan hujan harta
Kelak berubah jadi hujan air mata.
2009


AKU BERLARI KE TEPI

ku berlari ketepi
Pada abad yang menggumpal
Mencari celah diantara bakau penahan erosi negeri
Mengharap menemu yang dituju
Sebab karang di pantai
Hancur berkeping tak mampu menahan amarah kesumat
Yang menggelombang dahsyat
Dipinggir peradaban mati suri
Menghela nafas sejenak himpun energi
Arungi samudera teka teki
Menyelam di kedalaman nurani sangsi
Di ujung kaki
Tinggal sejengkal jurang kehancuran
Adakah harap tuk hindari?

2009

MERINDU HUJAN

Hujan menampar mukaku
Hingga kesegarannya mendalam
Rerintik mu kian buatku larut kenangan
Aku merindu mu
Kita saling berkisah tentang angin
Yang terbangkan ciprat mu
Basahi beranda rumah jiwa
Tinggalkan jejak rindu sekujur tubuh
Hujan . . .
Kapan kau kirim lagi katakata
Yang buatku basah oleh maknamakna ?

2011.

1 komentar: